PT. BTID Bantah Soal Berita Pengusiran Nelayan di Kawasan Tersebut
Bali, Kabar1News.com – PT Bali Turtle Island Development (BTID) bantah soal tudingan pengerdilan ruang gerak nelayan di pulau Serangan Bali yang santer beredar di media sosial belakang ini.
PT. BTID menyebut, tindakan pengusiran tersebut tidaklah benar, karena sejauh ini pihaknya masih baik-baik saja dengan warga setempat.
“Saya sangat menyayangkan berita-berita hoax atau berita-berita yang dipelintir untuk kepentingan tertentu,” ujar Presiden Komisaris BTID, Tantowi Yahya dalam keterangan pers-nya di KEK Serangan Bali, Senin (22/3/2025).
Tantowi menambahkan, apa yang diberitakan belakang ini telah mengganggu harmonisasi antara PT. BTID dengan Desa Adat bahkan Banjar-banjar yang ada di dalam desa tersebut.
“Berani saya katakan di sini, tidak ada apa-apa antara kami dengan masyarakat di Desa,” katanya.
Di PT. BTID, kata Tantowi, sebanyak 200 lebih karyawan, dan 50 persennya berasal dari Bali, 50 persen lainya dari Serangan. “Apakah iya kita mengorbankan orang sebanyak itu, hanya untuk kepentingan orang-orang tertentu,” tandasnya.
Ia menegaskan, tujuan BTID bukan untuk mengubah Bali, namun pihaknya mendorong agar Bali bisa menghadapi masakini baik lokal maupun secar global.
“Salah satunya adalah, pentingnya pariwisata berkelanjutan, yang artinya pariwisata berkualitas, ini banyak narasi seolah-olah kami ingin mengubah Bali, bukan,” tegasnya.
Sementara, Jro Bendesa Desa Adat Serangan, I Nyoman Gede Panatha yang didampingi Lurah Serangan, Ni Wayan Sukanami menyoroti perubahan positif yang terjadi sejak kehadiran BTID.
Dahulu sejarahnya, akses dari dan ke Pulau Serangan sangat terbatas. yang menyulitkan warga untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Kini, pembangunan infrastruktur oleh BTID seperti jembatan dan jalan telah membuka peluang besar bagi masyarakat.
“Dulu, warga harus berjuang keras untuk berobat, sekolah, atau bekerja Sekarang, kita bisa melihat perubahan nyata. Banyak anak muda Serangan yang sukses dan taraf hidup masyarakat meningkat karena ada akses jalan darat yang lebih baik,” kata Jro Bendesa.
Bahkan, karena adanya jembatan lebih dari 190.000 pemedek ke Pura Sakenan saat Hari Raya Galungan dan Kuningan, setiap tahunnya 200.000 wisatawan menyeberang dari Dermaga Serangan dan setidaknya 40.000 pengunjung ke Turtle Conservation Education Center (TCEC). la juga membantah keras isu, warga mengalami kesulitan ke pura akibat pemeriksaan KTP.
“Itu tidak benar! Warga Serangan memiliki akses penuh ke pura-pura di kawasan ini dengan mengenakan pakaian adat sebagaimana mestinya,” terangnya.
Terkait akses melaut para nelayan, Jro Bendesa menegaskan, informasi yang beredar tidak benar. Para nelayan tetap memiliki akses ke kawasan dan difasilitasi dengan ID khusus serta rompi keselamatan agar mereka dapat tetap bekerja dengan aman dan nyaman.
Selain itu, Ketua MDA Kota Denpasar, Anak Agung Ketut Sudiana turut menegaskan, tuduhan tentang konflik antara BTID dan Desa Adat Serangan adalah hoaks. “Saya sudah datang dan melihat langsung hubungan baik dan komunikatif antara BTID dan Desa Adat Serangan,” tegasnya.
la juga menyampaikan, masyarakat Serangan telah merasakan manfaat nyata dari kehadiran BTID, terutama dalam aspek ekonomi dan infrastruktur.
“Hal ini telah ditata dengan kolaborasi yang selaras dan hubungan harmonis dalam menjaga kesucian Pura, melestarikan budaya, dan kesejahteraan warga. Jadi. tidak benar jika ada pemberitaan bahwa warga Serangan memarginalkan dari penataan KEK Kura Kura Bali,” ungkapnya.
Ia menambahkan, justru mereka diberikan akses untuk berpartisipasi dalam pembangunan ini, hingga dapat dirasakan daya ungkit pertumbuhan ekonominya.
” Astungkara, hal ini telah berjalan sebagai salah satu contoh hubungan yang baik antara investor dengan desa adat, dan bermanfaat untuk Pulau Serangan, Kota Denpasar, regional Bali, dan Nasional,” tutupnya. (*/D)