Harga Babi Meroket, Pelaku Kuliner dan Tukang Potong Babi Harap Pemda Bali Segera Ambil Langkah.
Bali, Kabar1news.com – Pelaku bisnis kuliner babi di kabupaten Badung Bali mengeluh bahkan terancam tutup karena mahalnya harga daging babi. Bagaimana tidak, harga daging babi yang sebelumnya dengan harga Rp. 80 ribu per kilogram kini naik menjadi 110 ribu per kilogram.
Selain itu, naiknya harga daging babi tersebut, membuat para pelaku UMKM bisnis kuliner babi di kabupaten Badung terancam tertutup dan bangkrut karena kurangnya daya beli masyarakat mengingat di Bali adalah mayoritas penggemar kuliner babi.
Salah satu pemilik nasi lawar abian kapas di Denpasar, I Kadek Nala mengaku naiknya harga daging babi membuat profit penjualannya menurun. “Ini tentunya sangat berdampak pada kami yang bisnis kuliner babi, juga masyarakat yang notabene makan daging babi
Ia mengatakan, harga daging babi tahun ini berbeda dengan hari raya galungan sebelumnya, harga daging babi kali ini betul-betul mahal dan tentunya sangat berdampak bagi bisnis UMKM serta masyarakat.
“Kalau biasanya hari raya galungan atau hari raya tertentu, ada kebaikan harga masi bisa, tapi ini melebihi harga dari galungan sebelumnya,” katanya.
Karena itu, ia berharap pemerintah daerah di Bali supaya harga babi ini betul-betul dikontrol secara merata, sehingga pelaku UMKM di Badung pada umumnya Bali tidak merasa beban. “Tiang berharap kepala dinas terkait yang membidangi ini, untuk menjaga keseimbangan,” tandasnya.
Selain itu, pelaku kuliner lain seperti, I Putu Jaya, pemilik Warung Babi Bawi Mesari Nusa Dua juga mengeluhkan naiknya harga babi.
“Gara-gara babi naik saya terpaksa menghentikan sementara produksi urutan,” Kata Jaya.
Selai itu, kenaikan harga babi juga berimbas pada pengusaha pemotong babi. Salah satunya adalah, I Ketut Suwitra mengaku omzetnya turun sangat drastis. Dengan harga normal, Ia mengaku bisa memotong 30 ekor babi namun sekarang hanya 5 ekor babi saja.
“Kenaikan harga babi yang sekarang ini sangat luar biasa jelas sangat merugikan kita sebagai pemotong. Saya memohon dengan pemerintah daerah yang berkompeten di bidangnya untuk turun ke lapangan memantau apakah kenaikan harga babi ini memang karena populasinya yang mengurang apa ada faktor yang lain, “harap pengusaha potong babi CV Laba Ayu ini.
Ia juga mengaku mendengar informasi dimana ada pengiriman babi yang cukup besar ke luar Bali.
“Saya dapat isu entah benar atau tidak kenaikan karena banyaknya pengiriman babi hidup keluar daerah nah ini perlu dari pihak pemerintah daerah daerah turun ke lapangan untuk mengecek,” pintanya.
Ia menambahkan kenaikan harga babi ini bukan dari peternak melainkan dari para calo calo yang menjual harga lebih tinggi dari harga di pasaran melalui media sosial.
“Misal harga babi di peternak 50 ribu sedangkan calo di medsos sudah bilang 60 ribu sehingga peternak peternak lokal yang kecil ini bimbang. Seumpamanya harga babi sekarang sudah berkisar di harga 60 kita menjualnya juga susah sebenarnya sih kita enggak jadi masalah ya dengan harga babi asalkan penyerapannya ini sesuai,” Imbuhnya.
Kenaikan harga babi dirasakan para pelaku kuliner sejak sebelum galungan. Di pasaran saat ini harga babi per kilo kisaran 100.000-110.000 ribu. Pelaku UMKM berharap harga daging babi kembali normal di kisaran 70-75 ribu. (*/D)