Siswi SD di Sidoarjo Alami Trauma, Ini Kronologinya.
SIDOARJO, Kabar1News.com – Adanya dugaan tindakan bullying yang dialami seorang siswi sebut saja Melati (11), di Sekolah Dasar Negeri 3 Sidokare kecamatan/kabupaten Sidoarjo sudah jadi konsumsi publik.
Menurut pengakuan Melati dan ibunya, dugaan tindakan bullying terjadi kepada Melati sejak duduk dibangku kelas 4.
“Melati sudah sering di bully semenjak dia masih duduk di kelas 4, namun puncaknya terjadi ketika upacara bendera berlangsung pada 7 Oktober 2024 Melati dipukul sampai merasa kesakitan,” ucap ibu Melati dengan raut sedih saat ditemui awak media di kediamannya pada Minggu (19/1) lalu.
Dari kejadian pemukulan seperti yang dikatakan Ibu Melati tersebut, terungkap pula bahwa Melati pernah disuruh untuk menyilet tangannya sendiri oleh beberapa siswi yang sering membullynya.
“Aku pernah disuruh menyilet tanganku sendiri menggunakan karter dengan imbalan uang 200 ribu, tapi aku tidak mau karena jika aku mau pasti aku akan matilah,” ucapnya Melati lugu.
Ia mengeluh, teman-temannya enggan berteman dengan dirinya.
“Mereka tidak mau berteman dengan aku, karena aku gendut, hitam dan jelek tidak sama dengan mereka,” keluh Melati.
Melihat perubahan psikologi putrinya ibu Melati mengklarifikasi pihak sekolah untuk meminta keterangan terkait tindakan bullying yang dialami Melati, namun pihak sekolah menyangkal bahwa tidak ada bullying atau kekerasan yang dialami oleh Melati.
DK (51) selaku ibu kandung merasa kecewa, bukan keadilan yang didapatkan justru sang ibu dijadikan kambing hitam atas apa yang menimpa putrinya.
“Saya merasa seperti disalahkan dalam mendidik anak karena seorang janda terlalu memanjakan dalam mendidik Melati” ujarnya.
Sudah hampir 2 bulan lebih Melati tidak mau sekolah, apalagi mendengar sekolahnya disebut dan tidak mau menginjakan kaki kembali ke sekolah. Karena takut dengan kondisi putrinya jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, akhirnya Melati dibawa ke psikolog Rumah Sakit Dr Ramelan Surabaya untuk berkonsultasi tentang keadaan psikis putrinya.
Selama konsultasi dengan Psikolog ibu Melati mendapatkan hasil dari psikologi tersebut bahwa Melati mengalami trauma atas tindakan bullying yang terjadi di sekolah.
Dari pihak sekolah melalui guru wali kelas 6 juga mengantar lembar ujian ke rumah Melati untuk dikerjakan karena selama beberapa minggu sudah tidak masuk sekolah namun Melati menolak.
Akhirnya, sang ibu memutuskan agar Melati bersekolah di SD swasta lain. “Saya sekolahkan anak saya (Melati-Red) disekolah swasta untuk kenyamanan dan kesehatan mentalnya, kasian karena sudah lama tidak bersekolah dan sebentar lagi kelulusan sekolah,” terangnya.
Hal tersebut juga telah disampaikan ibu Melati kepada pihak kepala sekolah sebelumnya dengan tangan terbuka asalkan Melati nyaman bersekolah di SD swasta tersebut.
Terpisah, saat ditemui awak media Kepala Sekolah SDN, Retno didampingi bendahara sekolah (Ida), Selasa (22/1/2025) mengatakan, dugaan bullying yang dialami Melati itu tidak pernah terjadi, hanya masalah kecil anak-anak yang kemudian berkumpul, bermain dan berteman lagi.
“Tidak ada pemukulan atau pembullyan kepada Melati, itu hanya bercanda anak-anak yang kemudian bermain bersama lagi,” kata Retno.
Bahkan, Menurut Kepala Sekolah, Melati anaknya yang ceria, baik, pintar. “Ya mungkin saja karena sering dimanja sama ibunya,” sebutnya.
Untuk keterangan tentang kepindahan Melati ke sekolah lain dibenarkan oleh Retno selaku kepala sekolah, bahkan kepala sekolah telah berkordinasi dengan SD swasta tersebut, untuk ijasah tetap pihak SDN 3 Sidokare yang mengeluarkan.
Senada, Bendahara Sekolah SDN 3 Sidokare menjelaskan, terkait kejadian pembullyan dan pemukulan terhadap Melati. “Kejadian seperti itu wajar terjadi kepada anak didiknya karena tidak menunggu waktu yang lama mereka sudah main bersama lagi,” ujarnya.
Lanjutnya, terkait Melati yang disuruh temannya menyilet tangannya sendiri dengan dikasih imbalan uang itu tidaklah benar dan tidak percaya akan hal tersebut. “Karena tidak mungkin usia anak-anak sampai sejauh itu,” lanjutnya.
Bisa jadi, kata Ida, mungkin karena ibunya Melati adalah single parent jadi dalam pengasuhan anak sangat memanjakan Melati. “Akhirnya Melati tumbuh menjadi anak yang
manja dan sensitif,” tambah Ida.
Diketahui, DK telah mendatangi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sidoarjo guna mencari solusi terbaik untuk keberlanjutan pendidikan putrinya pada 14 Januari 2025 lalu. Terkait dugaan bullying
tersebut, jurnalis Kabar1News.com berusaha menemui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Tirto Adi, pada Kamis (21/1) siang. namun, Kepala Dinas sedang tidak berada di tempat. Hingga sampai berita ini dipublikasikan belum ada keterangan terkait hal ini dari pihak Dinas Pendidikan. (Pambayun)