Seniman Kanti Molas Pamerkan Karya Lukisnya di Santrian Galery Sanur.
Bali, Kabar1news.com – Kelompok Seniman Kanti Molas menggelar pameran di The Santrian Art Galery, Sanur, Kota Denpasar yang dilaksanakan pada 08 November s.d. 31 Desember 2024. Pameran ini dibuka oleh Prof Kun Adnyana, Rektor ISI Denpasar
dan dihadiri sejumlah tokoh-tokoh seniman, diantaranya Norca Massardi, Jean Couto dan Warih Wisatsana dan pemerhati serta seniman mancanegara.
Wayan Wartayasa, koordinator Kanti Molas menjelaskan, dirinya ingin sedikit memberikan informasi tentang Kanti Molas dalam pameran kali ini jumlahnya adalah 15 orang, tetapi berjalannya waktu, jadi bertambah lagi 5 orang dan menjadi 20 orang. “Dan kita tetap menggunakan nama Kanti Molas, disini juga kita memakai tema: titi, tutur, tatua, yang artinya adalah titi, penghubung jalan, tutur adalah pembuah atau inti sari dari cerita, tatua itu artinya kita harus memahami sebuah ajaran dimana kita harus memahami tujuan daripada apa yang kita lakukan. Pada kesempatan ini tidak banyak yang bisa saya katakan, karena hari ini masih banyak yang ingin diberikan sambutan kepada yang lainnya, untuk itu tiang mohon maaf sekiranya belum bisa memberikan sesuatu,” terang Wayan Wartayasa.
Sementara itu, Prof Kun Adnyana dalam kesempatan ini menyampaikan, dalam catatan sejarah Seni Rupa Bali, itu organisasi terbesar yang menggongkan Bali sejajar dengan persagi kemarin. “Dan terima kasih sekali lagi saya sampaikan kepada yang sudah membangun tradisi ini dan melestarikan dari capaian estetika yang dipajangkan dalam seni itu, masing-masing memberikan gambaran tematik, kemudian stik sesuai dengan karya masing-masing, cukup memberikan gambaran, jadi dalam ulasan tutorial saya, sudah bisa dibaca nanti,” ungkapnya.
Ia sangat mengapresiasi, menurutnya, kelompok Kanti Molas ini yang membangun kembali tradisi. “Bacaan saya di tahun 2000 itu mulai redup. Syukur ketika Bali Bravo dibangun oleh Agus Darmawati, kemudian memanggil dan mengajak teman-teman kembali bangkit. Kemudian catatan saya juga, dari lukisan yang secara mungkin memberikan pameran, ini lah catatan sejarah yang saya temukan. Sehingga temen-temen tingkat ini untuk memberikan sejarah dan jawaban, selain juga pameran yang disponsori oleh Puri Kawan kemarin yang menghadirkan karya-karya seni lukis tradisional Bali, yang juga memberikan gambar atau jawaban bahwa seni rupa sebaliknya itu memang memiliki arti dan peran penting dalam sejarah catatan seni rupa Bali,” paparnya.
Masih Wayan, kata dia, apa yang disampaikan oleh temen-temen kelompok Kanti Molas di ruang pameran.
“Bapak dan ibu nanti bisa mengapresiasi setelah menyaksikan singkat bagaimana dari kelompok Kanti Molas ini secara visual menyampaikan apa yang dikatakan tadi oleh ketua, sebagian besar saya amati, temen-temen di Kanti Molas ini mampu menterjemahkan titi, tutur, tatua, bagaimana kelompok Kanti Molas itu menterjemahkan, jalan untuk menuju sebuah pencitraan karya seni lukis tradisional, yang mengangkat tema-tema tidak hanya ramayana brata saja tapi tantri yang nilai-nilai atau norma-norma, tutur-tutur yang patut di sampaikan lewat gambar secara visual,” lanjutnya.
Dijelaskan, “Titi Tutur Tatwa” artian Titi merupakan jembatan atau jalan penghubung dalam usaha mengintisarikan serat cerita menjadi sebuah karya cipta seni lukis. Dalam serat cerita Tantri, penggalan Mahaberata dan Ramayana tersurat tutur pinutur sebagai pengetahuan kehidupan sosial serta bakti kepada Tuhan, manusia dan alam semesta. Tercetusnya tema merupakan pengojawantahan Tri Hita Karana dengan penuh suratan pesan keluhuran jiwa memberi petuah dan kebijaksanaan ajaran leluhur. Konteks pamer an kali ini, divisualkan secara stilistika-estetika nampak capaian individual memperluas ambang balas nilai antara intensitas rupa yang meluapkan histeria, kesan magis dan duka.
Melalui pameran kelompok Kanti Molas 2024, Ide gagas tampilnya kelompok Kanti Molas disamping untuk perenungan dan pelestarian juga sebagai ruang mendedikasikan serta membangun apresiasi keberadaan seni rupa klasik maupun tradisional di Bali. Pelestarian dalam menjaga keberlanjutan dengan kreativitas baru yang tetap berakar pada naluri kultural agraris, dan warisan teknik sigar mangsi serta sapuan habur sebagai penegas jati diri seni lukis tradisional Bali.
Pameran 20 Karya lukis tradisional Bali yang menyajikan buah pikiran masing-masing mewakili ciri khas kepribadian. Momentum tahun kedua yang bertempat di Santrian Art Gallery Sanur, para pelukis tradisional mendeklarasikan buah cipta dengan capaian estetika spontanitas dinamis kreatif berangkat dari akar tradisi. Sudah tentu pencirian tematik dengan paduan stelistik indiviual dan teknik manual turunan dari masab Ubud dan dan Batuan. Usaha memvisualkan karya dua demensi men- gusung terma “Titi Tutur Tatwa” dalam artian Titi merupakan jembatan atau jalan penghubung dalam usaha mengintisarikan serat cerita menjadi sebuah karya cipta seni lukis. Dalam serat cerita Tantri, penggalan Mahaberata dan Ramayana tersurat tutur pinutur sebagai pengetahuan kehidupan sosial serta bakti kepada Tuhan, manusia dan alam semesta. Tercetusmya tema merupakan pengejawantahan Tri Hita Karana dengan penuh suratan pesan keluhuran jiwa memberi petuah dan kebijaksanaan ajaran leluhur.
Kelompok Kanti Molas merupakan kumpulan dari Pelukis yang berlatar belakang gaya Tradisional Bali yang berada di daerah ubud, lahir dari keinginan, kesadaran dan kerinduan untuk berkumpul dan berbagi pengetahuan guna mendapatkan ide-ide cemerlang demi kemajuan dalam bidang berkesenian terutama seni Lukis Traditional Bali.
Kelompok Kanti molas berdiri pada 2020 yang diprakarsai oleh Pelukis I Wayan Wartayasa, dengan pameran perdananya di Museum Puri Lukisan, yang diikuti 20 orang Seniman diantaranya | Ketut Sadia, Made Sujendra (Batuan); Gusti Putu Diatmika, Wayan Mardika (Keliki): I Nyoman Suandi, Made Ariasa, Wayan Wardita, Wayan Rumantara (Payangan); Nyoman Sana, Nyoman Tapa (Baung-Sayan); Pande Wayan Brata, Pande Ketut Bawa, Made Arka, Made Awan, Nyoman Sunartha (Tegallalang); Made Sudiarta, I Kadek Suartika (Tebesaya); Wayan Murka, Dewa Sumartayadnya (Pengosekan) dan I Wayan Wartayasa. (*/D/Red)