Jakarta, kabar1news.com – Barangkali makhluk yang bersyukur karena adanya pandemi corona yang terjadi hampir dua tahun belakangan ini adalah sepasang malaikat penanya dalam kubur; Munkar dan Nakir.
Sebab, akhirnya setelah penantian hampir satu dekade, mereka dapat mendekati makam Gus Dur. Lantaran selama sepuluh tahun terakhir pusara Gus Dur tak pernah sepi dari peziarah.
“Dalam imajinasi liar saya, bisa jadi kedua malaikat itu malah diajak cangkrukan di alam barzah. Diajak ngobrol sambil tertawa terkekeh-kekeh, karena joke lucu yang selalu diselipkan Gus Dur. Hingga makhluk bersayap itu lupa pada tugasnya, hahahahaha !!,” Kata Gus Nuril.
Tak terasa Dua belas tahun berlalu. Negeri ini kehilangan sosok negarawan. Gus Dur adalah kiai yang humanis, Dia salah seorang manusia paripurna yang pernah lahir di bumi pertiwi. Entah berapa puluh, bahkan ratus tahun lagi negeri ini akan melahirkan orang berjiwa besar seperti Gus Dur.
Gus Dur adalah sekeping keajaiban yang Alloh titipkan pada negeri ini, Manusia yang melebihi zamannya, Banyak ucapan-ucapan Gus Dur yang akhirnya terbukti satu persatu.
Sampai saat ini, kita masih gagap dan terheran-heran dengan apa yang dirintis oleh Sang Kiai.
Tak cukup berpuluh-puluh buku untuk menceritakan bagaimana sosok Gus Dur yang sebenarnya. Kelembutan hatinya, keluasan pintu maafnya, kedermawanannya, kejeniusannya, serta keteguhan hatinya.
Menghidupkan Gus Dur bermakna meneladani budi pekertinya. Menapaki jejak-jejak keteladanannya tentang pluralisme, mendengar jerit kaum marjinal, merangkul yang tertindas, menyediakan ruang bagi mereka yang disisihkan keadaan.
Mari saudaraku. Datanglah, merapat ke pondok pesantren kami Abdurahman Wahid soko Tunggal. Pada :
Hari : Kamis, 30 Desember 2031
Pukul : 20.00 wib
Alamat : jalan Dodong Utara 5 no 18 Rawanangun Jakarta Timur.
Untuk, Mengumpulkan cuilan-cuilan sejarah dari orang-orang terdekat Gus Dur. Pelaku-pelaku sejarah yang menemani hari-hari genting ketika Gus Dur dilengserkan dari tampuk kekuasaan tertinggi di negeri ini.
Opini Oleh : Gus Nuril, Pondok Pesantren Abdurahman Wahid soko Tunggal