Bali, Kabar1News.com – Sejumlah musisi di Bali dan dari berbagai daerah di Indonesia sepakat untuk suarakan isu Iklim Lewat Musik.
Sejumlah Musisi tersebut adalah kelompok kolektif yang se-irama dalam satu tujuan terutama berkaitan dengan isu perubahan Iklim.
Adapun sejumlah musisi yang dimaksud antara lain adalah, Endah N Rhesa, FSTVLST, Guritan Kabudul, Iga Massardi Barasuara, Iksan Skuter.
Selain itu, Kai Mata, Made Mawut, Navicula, Tony Q, Tuan Tigabelas, dan Rhythm Rebels.
Robi Navicula, sebagai inisiator mengatakan, krisis iklim makin nyata terlihat lewat berbagai media massa yang memberitakan bencana alam.
Berkaca dari itu, kata Roby, isu perubahan iklim ini menjadi urgen dibicarakan agar berbagai pihak ikut bersatu menyikapi perubahan iklim yang makin merugikan generasi mendatang.
Selain itu, Robi menjelaskan bahwa gerakan semacam ini sebenarnya telah banyak dilakukan oleh banyak pihak.
“Di industri kreatif sebenarnya sudah banyak yang melakukan ini, tapi banyak yang berjuang sendiri-sendiri. Untuk itu, IKLIM menjadi gerakan kolektif yang digagas dari inisiatif yang tercerai berai tersebut,” ujarnya di Ubud pada, Kamis (15/6/2023).
Robi menambahkan, Musik bukan sekadar hiburan namun musik juga menjadi alat untuk menyampaikan pesan lebih luas dan membangun kolaborasi dengan seniman lain, media massa, akademisi, dan lainnya.
“Kita musisi, yang kita bisa lakukan sebagai musisi adalah membuat sebuah karya. Harapan kita agar penggemar kita menjadi ikut peduli dengan isu ini, siapa tahu penggemar kita punya kapasitas untuk mendukung regulasi di tempatnya, sehingga punya dampak yang lebih luas,” tambahnya lagi.
Untuk diketahui, dari musisi tersebut yang tergabung dalam IKLIM sepakat musik menjadi alat untuk menyuarakan isu ini yang nantinya akan direalisasikan dalam sebuah album kompilasi lagu.
Album ini akan diproduksi dan diluncurkan oleh label Alarm Record, sebuah label musik berkelanjutan dan ramah lingkungan pertama di Indonesia.
11 musisi tersebut berkumpul di Ubud dalam kegiatan lokakarya bertajuk “Sound the Alarm” yang digelar 12-15 Juni 2023 di Ubud. Bersama dengan pakar di bidang ekologi, musisi diajak membahas lebih jauh soal isu perubahan iklim dan peluang musik sebagai alat untuk menyuarakan isu ini.
Mereka juga melakukan aksi penanaman pohon bersama di Monkey Forest Ubud sebagai salah satu bentuk pelestarian ekosistem lokal. Sebelumnya para musisi ini juga telah bergabung dalam sebuah gerakan global, Music Declares Emergency (MDE) yang mempersatukan musisi dan pecinta musik dalam merespon krisis iklim.
Dengan slogan “No Music on a Dead Planet”, atau tidak ada musik di planet mati, gerakan global ini telah didukung oleh artis internasional seperti Billie Eilish, Thom Yorke dari Radiohead, Massive Attack, Tom Morello dari Rage Against The Machine, Jarvis Cocker dari Pulp, Kevin Parker dari Tame Impala, dan masih banyak lagi.
MDE memanfaatkan pengaruh para musisi untuk membangun kesadaran masyarakat serta menciptakan diskusi tentang isu iklim di media mainstream dan mendorong respon global terhadap masalah darurat ini. (*/D)