Jakarta, Kabar1Nees.com | – Hubungan Indonesia dan Mesir sudah lama terjalin dengan baik. Bahkan di tahun 1850 di Masjid Al-Azhar terdapat Ruwaq Jawi yang menjadi hunian para pelajar asal Indonesia. Salah seorang yang pernah tinggal di sana adalah Abdul Manan Dipomenggolo, pendiri Pesantren Tremas Pacitan dan kakek dari Syeikh Mahfuzh Tremas.
Tidak itu saja, beberapa karya ulama Indonesia juga diterbitkan, seperti karya Syeikh Nawawi al-Bantani, Fath al-Mujîb bi Syarh Mukhtashar al-Khathib yang diterbitkan Boulaq Kairo, pada tahun 1859. Sebagai lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan dakwah tertua, Al-Azhar masih konsisten dengan pengembangan model Islam yang moderat dan toleran.
Hal ini selaras dengan kehidupan keagamaan yang telah lama dipraktekkan masyarakat Indonesia. Bahkan, Sekjen Majelis Hukama al-Muslimin yang dipimpin Syeikh Al-Azhar menyatakan kepada saya pada Desember 2021 bahwa mereka ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu model kehidupan beragama yang rukun dan harmonis.
“Alhamdulillah, hari ini saya menghadiri peresmian Gedung Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab atas prakarsa dan kerja sama Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia,” kata KH.Ma’ruf Amin.
Kesamaan visi beragama antara Indonesia dan Mesir (melalui Al-Azhar) turut memperkuat hubungan kedua negara. Grand Syekh Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad al-Thayyib, sudah dua kali mengunjungi Indonesia. Indonesia tampaknya sudah dekat di hati orang-orang Mesir. Demikian juga sebaliknya. Mesir dan Al-Azhar selalu dekat di hati masyarakat Indonesia. Al-Azhar daa iman fi qalbi al-sya`ab al-indunisiy. (**)