Jakarta,Kabar1News.com – Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk terus menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga barang kebutuhan pokok (bapok) menjelang Ramadan dan Lebaran tahun 2021. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, upaya menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga bapok berjalan dengan sangat baik.
Hal ini diutarakan Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Oke Nurwan dalam Diskusi Panel Ketersediaan dan Stabilitas Harga Barang Kebutuhan Pokok, hari ini, Jumat (5/3). Diskusi panel ini merupakan rangkaian kegiatan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan yang berlangsung selama dua hari, yaitu pada 4—5 Maret 2021.
Pada kesempatan terspisah, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi juga menyampaikan tindak lanjut dari arahan Presiden dalam menjaga stok dan stabilitas harga bapok. Mendag menekankan, Kementerian Perdagangan akan memastikan, tidak hanya ketersedian stok dan stabilitas harga bapok, namun juga berkomitmen menjaga kesetaraan harga di daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Diskusi ini menghadirkan narasumber Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, Wakil Direktur Utama Bulog Gatot Trihargo, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Antoni Arif Priadi, dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey.
“Pada Ramadan dan Lebaran beberapa tahun belakangan ini, ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga bapok berjalan sangat baik. Hal tersebut dikarenakan kolaborasi solid antar para pemangku kepentingan yang dilakukan dalam upaya antisipasi,” ungkap Oke.
Oke mengungkapkan, inflasi pada Ramadan dan Lebaran 2019 – 2020 tercatat kurang dari 1 persen. Sedangkan, inflasi volatile food pada Ramadan dan Lebaran tahun ini nilainya kurang dari 2 persen.
“Angka-angka ini seyogyanya menjadi patokan dalam mengambil langkah-langkah antisipatif menjelang Ramadan dan Lebaran 2021,” jelas Oke.
Menurut Oke, walaupun ada perkiraan belum pulihnya daya beli masyarakat, perlu dilakukan sejumlah langkah antisipatif untuk memastikan ketersediaan stok dan kestabilan harga bapok.
“Ada beberapa hal yang perlu diantisipasi, yaitu potensi kenaikan permintaan bapok rata-rata sekitar 30 persen ; kenaikan harga yang dapat memicu inflasi, penimbunan, dan spekulasi; serta faktor cuaca. Ketiga hal inilah yang perlu dipastikan tidak akan mengganggu ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga bapok di Ramadan dan Lebaran,”jelas Oke.
Wakil Direktur Utama Bulog Gatot Trihargo menjelaskan, mengenai ketahanan pangan, Bulog memiliki apa yang disebut dengan Tiga Pilar Ketahanan Pangan.
“Tiga pilar tersebut adalah Pilar Ketersediaan, melaksanakan kebijakan pembelian pangan dengan ketentuan Harga Pokok Pembelian dan Harga Acuan Pembelian; Pilar Keterjangkauan, pemerataan stok nasional, operasi pasar, penjualan melalui jaringan internal dan eksternal; serta Pilar Stabilisasi, menjaga stabilisasi harga di tingkat petani dan konsumen,” terang Gatot.
Sementara Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan Agung Hendriadi menyampaikan, untuk meningkatkan ketersediaan pangan, saat ini Kementerian Pertanian menjalankan Program Peningkatan Ketersediaan Pangan di Era Normal Baru yang terdiri atas lima kegiatan, yaitu peningkatan kapasitas produk, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern, dan gerakan tiga kali ekspor.
Sedangkan, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Antoni Arif Priadi menyebutkan, konektivitas adalah unsur penting dalam distribusi bapok. Hal itu karena konektivitas bersinggungan langsung dengan hasil akhir proses distribusi. Antoni juga menyampaikan, saat ini, Kemenhub bersama Kemendag terus berkoordinasi dalam pengoperasian tol laut. “Tahun ini, tol laut memiliki 30 trayek dengan komoditas dominan berupa bapok yang terus disalurkan ke beberapa wilayah di Indonesia,” jelasnya.
Dari sisi ritel modern, Ketua Umum Aprindo Roy Mandey menekankan, selama ini peritel tidak melakukan fungsi produksi bapok terkecuali private label, peritel tidak menjadi pengontrol utama atas ketersediaan bapok, tetapi dapat saling berbagi data permintaan (demand) di ritel modern. “Selain itu, peritel menjadi price leader dalam menjaga kestabilan harga dan harga tetap, menjaga tingkat Inflasi yang wajar, dan ke depannya pusat distribusi peritel dapat berpotensi serta bertransformasi menjadi bentuk lain,” tegas Roy.
Mengakhiri acara, Oke kembali mengingatkan, tahun 2021 adalah tahun pemulihan. Karenanya, dibutuhkan tekad kerja yang dilandasi semangat dan optimisme. “Dengan tekad dan ketekunan yang kuat, diharapkan seluruh pihak dapat berperan aktif dalam menjaga ketersediaan juga stabilitas harga bapok. Tak hanya saat ini, namun seterusnya,” pungkas Oke. (*Humas KemendagRI)