Jakarta,Kabar1News.com – Megawati Soekarnoputri meresmikan Gerakan Budaya Siaga Bencana yang diinisiasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Gerakan ini dibangun demi meningkatkan komitmen seluruh penyelenggara negara serta masyarakat agar sadar bencana.
“Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, saya mengakhiri sharing saya mengenai bencana, maka Gerakan Budaya Siaga Bencana ini dicanangkan. Supaya tak sekedar jadi slogan, supaya segera dilaksanakan,” ucap Megawati Soekarnoputri, Jumat (23/4/2021).
Hal itu disampaikan Megawati yang hadir secara virtual dalam launching gerakan yang dilaksanakan di auditorium BMKG, Jakarta Secara virtual. Hadir dalam acara tersebut, Mendagri Tito Karnavian, Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan puluhan kepala daerah dari seluruh Indonesia. Sekjen DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto yang sekaligus Pembina Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDIP, juga hadir langsung sebagai moderator acara.
“Terima kasih kepada ibu Megawati telah mencanangkan Gerakan Siaga Bencana,” kata Hasto.
Hasto kemudian meminta agar Megawati menyerahkan secara virtual sebuah tas yang merupakan wujud launching Gerakan Budaya Siaga Bencana itu. Tas tersebut berjenis tas punggung berwarna merah, yang terinspirasi dari ransel masyarakat Jepang yang selalu siap jika mendadak terjadi gempa dan tsunami di sana.
Hasto memanggil Doni Monardo dan Dwikorita Karnawati untuk ke depan panggung, menerima tas itu secara simbolis dari Megawati dan secara fisik dari dirinya.
“Jadi ini seperti yang ada di Jepang seperti diceritakan oleh Bu Mega,” tambah Hasto.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan bahwa di tahun 2002, saat masih menjadi wakil presiden, Megawati Soekarnoputri tampaknya mempunyai visi jauh ke depan soal bencana alam yang akan semakin meningkat di Indonesia. Sehingga mengantisipasi dengan menetapkan BMKG sebagai organisasi mandiri seperti saat ini.
“Berkat keputusan inilah BMKG bisa berkembang seperti saat ini, meskipun banyak hal yang mesti kita pelajari. Terima kasih kepada Ibu Presiden Kelima Bu Megawati yang telah membesarkan dan menguatkan BMKG,” ujar Dwikorita.
“Walau kami juga memohon maaf karena belum bisa mewujudkan korban nol, atau zero victim. Kami berkomitmen bekerja sama terus dengan aparat negara dan pemerintahan daerah membangun kesiapsiagaan bencana melalui program ini demi mencapai zero victim,” pungkas Dwikorita.
Megawati Soekarnoputri menyatakan dirinya meyakini bahwa menghadapi bencana dan meminimalisasi kerusakan bisa dilakukan asal semuanya mau bergotong rotong.
Dia lalu menceritakan pengalaman Jepang, yang pemerintahnya dan rakyatnya selalu belajar untuk siap menghadapi bencana. Sejumlah hal detail diperhatikan, kata Megawati, hingga soal tas ransel, alarm siaga, dan jalur evakuasi.
Siaga bencana juga mencakup penelitian mendalam soal jenis-jenis bencana yang mungkin hadir. Hingga bagaimana memperbaiki manajemen bantuan pasca bencana yang lebih baik.
“Maksud saya, mari kita gotong royong merubah berbagai hal. Satu adalah tata ruang. Kedua, urusan data gunung yang belum bisa sinkron,” kata Megawati.
“Kalau kita cuma sharing tanpa follow up, bagaimana kita menolong rakyat? Rakyat itu kerap hanya pasrah. Dengan demikian, maka harus ada pelajaran dan simulasi sebelum bencana,” tegas Megawati. (**)